Anwar Ibrahim Versus Muhyiddin Yasin: Gejolak Politik Malaysia
Minggul lalu merupakan minggu yang mengejutkan bagi perpolitikan Malaysia. Pemimpin oposisi dari PKR (Partai Keadilan Rakyat), Datuk Seri Anwar Ibrahim atau Anwar Ibrahim mengumumkan dalam konferensi persnya bahwa ia memiliki dukungan yang kokoh dan meyakinkan di parlemen untuk membuat pemerintahan baru. "I'm not talking about 4, 5, 6. I'm talking about ... much more than that," kata Anwar Ibrahim dalam Sidang Media Khas Presiden PKR. Ia juga berkata bahwa pemerintahan Tan Sri Muhyiddin Yasin atau Muhyiddin Yasin yang menggantikan Mahathir Mohamad telah jatuh. Dahulu Anwar dan Muhyiddin adalah teman satu koalisi Pakatan Harapan yang berhasil merebut kekuasaan dari koalisi Barisan Nasionalnya Najib Razak, mantan PM Malaysia yang sedang menghadapi pengadilan.
Anwar Ibrahim adalah mantan wakil perdana menteri Malaysia di bawah kepemimpinan Mahathir Mohamad. Secara pribadi, saya setuju jika Anwar maju menjadi PM Malaysia berdasarkan karakternya yang masih terlihat segar walau sudah berada pada usia senja. Akan tetapi, walau saya setuju dengan dukungannya terhadap kemultikulturan, saya tetap ingin Malaysia menjadi negara muslim yang baik dan menjalankan syariat Islam dengan baik. Malaysia sudah sejak lama memiliki masalah etnis, jadi mendorong terciptanya keadilan untuk suatu bangsa multikultural seperti Malaysia tentu adalah hal yang bijak. Namun, walau Anwar tidak berhasil maju pun tidak apa-apa bagi Indonesia sepengetahuan saya. PM yang sekarang pun yang saya rasakan sebagai WNI yang tinggal di kota satelitnya Jakarta tidak memberikan dampak yang luar biasa. Mengapa saya bilang tinggal di kota satelitnya Jakarta? Karena saya tidak tahu, apakah ternyata dampak dari PM Malaysia yang sekarang, Muhyiddin Yasin terasa di daerah lain. Anwar Ibrahim masih harus menemui raja Malaysia, Yang di-Pertuan Agong Tengku Abdullah untuk membicarakan tentang hal ini. Seharusnya hari Selasa minggu lalu ia sudah bertemu, tetapi diundur karena sang raja sedang berada di rumah sakit.
Saya sebagai warga Indonesia hanya mendoakan yang terbaik untuk masyarakat Malaysia dan seluruh dunia apapun yang terjadi nantinya. Saya, tidak mewakili masyarakat Indonesia, sebagai penulis politik amatiran mohon maaf atas kesalahan-kesalahan yang mungkin terdapat dalam tulisan ini, mohon dimaklumi.Rabbanaa aatinaa fid-dunyaa hasanah wa fil-aakhirati hasanah wa qinaa 'adzaa ban-naar aamiin yaa rabbal-'aalamiin.
Komentar
Posting Komentar